Kubu Raya Kalbar —Mitramabes.com
Di balik pernyataan resmi yang disebar Humas PT. Bumi Perkasa Gemilang (BPG) lewat media online, tersimpan realita yang tak terbantahkan: air yang tercemar, udara yang menyengat, dan tangisan seorang bayi yang tubuhnya dipenuhi bercak merah. Semuanya mengarah pada satu kata: krisis.
“Kami Sudah Sesuai Prosedur,” Kata Humas. Tapi di Lapangan, Bayi Menangis Tanpa Henti.
Beberapa hari lalu, H. Rudi, Humas PT. BPG, menyatakan di media bahwa perusahaan telah mematuhi seluruh standar operasional. Namun, ketika Tim Investigasi Kujang menapakkan kaki di lokasi pembuangan limbah, yang mereka temukan justru sebaliknya yakni bau busuk menusuk hidung, air tercemar, dan warga yang ketakutan.
“Apa yang kami lihat di lapangan sangat jauh dari kata ‘sesuai prosedur’. Yang ada hanyalah penderitaan warga dan lingkungan yang rusak,” ujar anggota tim investigasi.
Tim Investigasi juga menyayangkan cara pemberitaan media yang memuat hak sanggah perusahaan tanpa melakukan verifikasi lapangan.
“Hak jawab bukan berarti boleh menyebarkan informasi tanpa fakta. Kalau tidak sesuai kenyataan, itu namanya hoaks, bukan klarifikasi,” tegas salah satu tim Kujang.
Lebih mengejutkan, dari bukti komunikasi WhatsApp yang diperoleh, muncul dugaan bahwa seorang oknum media (inisial JD) tampak panik dan terpukul setelah pemberitaan mengenai pencemaran limbah mencuat. Muncul spekulasi, apakah ada permainan di balik layar?
Cerita paling memilukan datang dari puskesmas terdekat. Seorang ibu datang tergopoh-gopoh sambil menggendong bayinya yang baru berumur 8 bulan. Bayi itu menangis tiada henti, tubuhnya dipenuhi bercak merah. Si ibu mendekati tim investigasi sambil menangis, bahkan sempat mencium tangan mereka. “Bang… tolong, sudahi ini… kami takut…,” ucapnya lirih.
Ketika ditanya kenapa justru meminta dihentikan upaya pembelaan ini, sang ibu menjawab dengan wajah penuh tekanan. “Bukan kami tak mau dibantu, bang… tapi kami susah bicara. Sudahlah… memang begini nasib kami…”
Ketakutan itu lebih keras dari jeritan nurani. Di sinilah terlihat jelas: warga bukan hanya menjadi korban limbah, tapi juga korban tekanan mental dan ketidakberdayaan.
Di permukaan, PT. BPG tampil seperti perusahaan patuh dan profesional. Tapi di balik kilau tersebut, tersembunyi borok yang menunggu dibuka. Pencemaran lingkungan, tekanan terhadap warga, dan dugaan keterlibatan media membuat semua bertanya apakah ini sekadar soal limbah, atau ada yang lebih busuk dari air hitam yang mengalir?
Tim Investigasi Kujang bertekad untuk terus mengawal kasus ini sampai terang benderang. Mereka mengajak semua pihak, termasuk aparat, LSM, dan media independen untuk ikut membuka tabir ini.
“Ini bukan sekadar berita lingkungan. Ini soal nyawa, soal masa depan anak-anak. Kami tidak akan diam,” tegas mereka. (TIM)