Tambang Emas Ilegal di Sepauk, Sintang: APH Diduga Abai, Lingkungan Tercemar, Negara Rugi

Sabtu, 14 Juni 2025 - 20:50 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sintang, Kalimantan Barat —Mitramabes.com

Jumat, 13 Juni 2025.

Aktivitas pertambangan emas tanpa izin (PETI) kembali mencuat di wilayah Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Kegiatan ini tidak hanya merusak lingkungan, khususnya pencemaran Sungai Semerah, tetapi juga memperlihatkan indikasi pembiaran serius oleh aparat penegak hukum di wilayah tersebut.

Informasi ini pertama kali mencuat ke publik setelah warga melaporkan kondisi air sungai yang keruh dan tidak lagi bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Seorang warga yang enggan disebutkan namanya menyampaikan:

Air itu keruh karena ada mereka kerja tambang emas di hulu situ, Pak. Kalau tidak ada yang kerja, air jernih,” ucapnya kepada awak media di tepi Sungai Semerah.

Padahal, tambang-tambang tersebut berada tidak jauh dari jalan utama menuju Kecamatan Sepauk, bahkan dekat dengan markas Polsek Sepauk. Namun, ketika dikonfirmasi, salah satu anggota Polsek Sepauk justru mengaku tidak mengetahui penyebab keruhnya air sungai.

Hulu sungai desa apa, bro? Aku belum paham bro. Sungai belum pernah mutar-mutar,” jawabnya melalui aplikasi WhatsApp.

Keterangan tersebut menimbulkan kecurigaan publik soal potensi pembiaran atau bahkan keterlibatan oknum aparat dalam bisnis tambang ilegal yang menggiurkan.

Aktivitas PETI terbukti menimbulkan kerusakan lingkungan, terutama pencemaran air sungai yang menjadi sumber kehidupan warga. Berdasarkan Pasal 158 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, disebutkan:

Setiap orang yang melakukan penambangan tanpa izin dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah).”

Selain itu, perusakan lingkungan hidup akibat tambang ilegal juga melanggar:

UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pasal 98 ayat (1):
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup dipidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 10 tahun dan denda paling sedikit Rp3 miliar dan paling banyak Rp10 miliar.”

Berdasarkan temuan lapangan, aktivitas PETI di Sepauk disinyalir menggunakan BBM subsidi jenis solar untuk mengoperasikan mesin tambang. Tindakan ini melanggar:

UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (MIGAS)
Pasal 55 Jo. Pasal 53 huruf c:
Setiap orang yang menyalahgunakan pengangkutan dan/atau niaga BBM subsidi dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan denda paling banyak Rp60 miliar.

Lebih lanjut, aliran dana dari hasil PETI yang tidak dilaporkan dan tidak dikenai pajak diduga masuk ke dalam tindak pidana pencucian uang, sebagaimana dimaksud dalam:

UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
Pasal 3:
“Setiap orang yang menempatkan, mentransfer, membelanjakan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga berasal dari hasil tindak pidana, untuk menyamarkan asal usul harta kekayaan, dipidana paling lama 20 tahun dan denda paling banyak Rp10 miliar.”

Masyarakat Sepauk dan Sintang secara luas mendesak:

1. Kapolda Kalimantan Barat dan Mabes Polri membentuk tim khusus untuk mengusut tuntas dugaan pembiaran tambang emas ilegal di wilayah ini.

2. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) segera melakukan audit lingkungan dan penegakan hukum terhadap pelaku.

3. PPATK dan Ditjen Pajak menelusuri potensi pencucian uang dan penggelapan pajak dari hasil PETI di wilayah Sintang.

Di tengah krisis lingkungan dan ekonomi, pembiaran terhadap praktik pertambangan emas ilegal bukan hanya merusak ekosistem dan mencederai rasa keadilan, tetapi juga melemahkan kepercayaan publik terhadap negara dan aparatnya. Presiden dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit telah berulang kali menegaskan bahwa tambang ilegal harus diberantas. Kini, publik menunggu tindakan nyata, bukan sekadar pernyataan.

Tim Redaksi

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Pembalakan Hutan Lindung Pesisir Selatan di Babat Habis: Ulah Siapa?
Mantap!, Tentara Cilik Dermayu (TCD) UPTD SDN Cilandak Lor 1 Torehkan Prestasi Gemilang di Ajang LKBB Nasional Brebes
Korban Dari Mafia Tanah Minta Polda Riau Segera Tetapkan Aguan Sebagai Tersangka Atas Dugaan Tindak Pidana Pemalsuan Surat Dan/Atau Menggunakan Surat Palsu .
Bakti Religi Hari Bhayangkara ke-79, Polres Aceh Tengah Gelar Gotong Royong di Gereja
Diduga Pembangunan Pengerasan Jalan di Desa Bukit Selanjut Tidak Sesuai Standar, Informasi Publik Tidak Transparan
Sambut Hari Bhayangkara ke-79, Polres Lebak Laksanakan Bakti Sosial Bagikan Paket Sembako  
HUT ke-25, PWP Kilang Balongan Kuatkan Tekat Beri Makna untuk Pertamina
Bupati Apresiasi Polres Aceh Tengah atas Peresmian Kampung Bebas Narkoba di Kampung Bukit

Berita Terkait

Minggu, 15 Juni 2025 - 07:19 WIB

Pembalakan Hutan Lindung Pesisir Selatan di Babat Habis: Ulah Siapa?

Minggu, 15 Juni 2025 - 06:56 WIB

Mantap!, Tentara Cilik Dermayu (TCD) UPTD SDN Cilandak Lor 1 Torehkan Prestasi Gemilang di Ajang LKBB Nasional Brebes

Sabtu, 14 Juni 2025 - 20:50 WIB

Tambang Emas Ilegal di Sepauk, Sintang: APH Diduga Abai, Lingkungan Tercemar, Negara Rugi

Sabtu, 14 Juni 2025 - 20:26 WIB

Korban Dari Mafia Tanah Minta Polda Riau Segera Tetapkan Aguan Sebagai Tersangka Atas Dugaan Tindak Pidana Pemalsuan Surat Dan/Atau Menggunakan Surat Palsu .

Sabtu, 14 Juni 2025 - 17:34 WIB

Bakti Religi Hari Bhayangkara ke-79, Polres Aceh Tengah Gelar Gotong Royong di Gereja

Berita Terbaru

NASIONAL

Kejurda Karate BKC Lampung 2025 Resmi Dibuka Di ITERA

Minggu, 15 Jun 2025 - 08:40 WIB

BERITA UTAMA

Pembalakan Hutan Lindung Pesisir Selatan di Babat Habis: Ulah Siapa?

Minggu, 15 Jun 2025 - 07:19 WIB