Lampung Timur Mitra Mabes.Com – Polemik berkepanjangan yang terjadi di SMK YPI 2 Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur, telah mengganggu proses belajar mengajar dan mengancam masa depan 427 siswa dan siswi aktif di sekolah tersebut.
Tim media Mitra Mabes bersama wartawan senior Drs. Chairudin, yang juga menjabat sebagai Sekretaris PWI, melakukan kunjungan langsung ke sekolah yang berlokasi di Desa Labuhan Ratu Satu, Kecamatan Way Jepara. Mereka menemukan bahwa aktivitas belajar mengajar nyaris tidak terlihat sejak awal tahun 2025.
Keterangan mengejutkan disampaikan oleh Nurhadi, yang dikenal sebagai Wakil Kepala Sekolah, Bendahara BOS, dan staf administrasi sekolah. Ia menyebut bahwa sekolah tersebut telah berganti nama menjadi Islam Tunas Bangsa (ITB), meskipun belum ada legalitas resmi yang diakui, sebagaimana ditegaskan oleh LBH Sopyan Subing.
> “Pada tahun 2024, kami meluluskan 273 siswa dan siswi. Untuk jumlah pastinya saya lupa,” kata Nurhadi. Ketika ditanya mengenai 427 siswa kelas X dan XI, ia hanya menjawab singkat: “Silakan tanya kepada kepala sekolah yang baru, Sumarwan.” Ia juga mengaku tidak melihat aktivitas siswa sejak Januari hingga Juli 2025.
Keterangan tersebut dinilai tidak masuk akal dan memperlihatkan lemahnya kepedulian terhadap nasib siswa. Tak puas dengan jawaban itu, tim media melanjutkan investigasi dan menemui Sumarwan, yang disebut-sebut sebagai kepala sekolah baru.
Sumarwan justru membantah pernyataan Nurhadi dengan tegas.
>“Itu ngawur! Saya beberapa kali mencoba masuk ke sekolah tapi ditolak. Gerbang ditutup, saya tidak diterima masuk. Sekarang malah saya yang disuruh menjawab soal siswa? Saya belum bisa menjalankan tugas saya sebagai kepala sekolah secara efektif,” ujar Sumarwan dengan nada kesal.
Polemik yang terjadi ini menjadi keprihatinan mendalam bagi media, LSM, dan LBH. Ketidakjelasan manajemen, dualisme kepemimpinan, serta sengketa legalitas sekolah membuat ratusan siswa terkatung-katung tanpa kepastian pendidikan.
Pihak terkait, khususnya Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, didesak segera turun tangan dan mengambil langkah cepat untuk menyelamatkan hak pendidikan 427 siswa yang saat ini menjadi korban konflik internal.
> “Ini menyangkut masa depan anak-anak. Jangan biarkan kepentingan pribadi mengorbankan pendidikan. Di mana hati nurani para pendidik yang disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa?” pungkas pewarta Mat GeBu