HMSS & Pakar Akademik Diskusikan Pengaruh Banjir Aceh Singkil dan Solusinya

Rabu, 3 Januari 2024 - 12:48 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Aceh Singkil, Mitramabes.com Himpunan Masyarakat Singkil Subulussalam (HMSS) diskusikan pengaruh banjir bersama para pakar hidroteknik Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, di USK Banda Aceh pekan lalu.

“Hasil pertemuan itu menyimpulkan ada 10 faktor pengaruh banjir, yakni La Nina, banjir kiriman, pendangkalan, turunnya permukaan tanah, banjir rob, intrusi air laut, rawan, bermukim dikawasan genangan air dan tak ada desain permukiman yang adaptif dengan banjir,” kata Chairil, M.H Tim dari Tekhnik sipil USK kepada awak media,Selasa 2 Januari 2023.

Dikatakan, pertama, faktor La Nina, curah hujan.Fenomena La Nina menyebabkan peningkatan curah hujan di berbagai wilayah Indonesia, yang dapat mengakibatkan banjir dan tanah longsor.

Banjir dapat merendam lahan pertanian dan merusak tanaman, menyebabkan kerugian yang besar bagi petani,dan penduduk yang bermukim di kawasan yang sama tingginya apalagi yang lebih rendah dari permukaan laut.

Wilayah Singkil sebagai bagian dari Pulau Sumatra juga terdampak La Nina. La Nina masih akan terus terjadi beberapa bulan ke depan dan puncaknya diprediksi akan terjadi pada Maret 2024.

Sebagaimana diketahui, La Nina adalah fenomena yang berkebalikan dengan El Nino. Ketika La Nina terjadi, suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah, termasuk Indonesia di dalamnya, mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya,” ujarnya.

Dampak lain dari La Nina adalah meningkatnya curah hujan di wilayah Pasifik Ekuatorial Barat.Indonesia termasuk di dalamnya. La Nina membuat cuaca cenderung menjadi lebih lembab. Fenomena La Nina yang meningkatkan curah hujan, membuat cuaca pada musim kemarau di Indonesia, menjadi lebih basah.

Kedua, faktor curah hujan tinggi dalam tiga bulan terakhir (di atas 80 mm/jam). Banyak kawasan yang tanahnya sudah jenuh menyerap air hujan, maka terjadilah banjir genangan. Ditambah lagi banjir kiriman sehingga area yang terdampak banjir di Singkil semakin luas.

Ketiga, faktor banjir kiriman dari hulu, curah hujan yang tinggi di daerah hulu, yaitu dari aliran Sungai Alas di Aceh Tenggara dan Gayo Lues mengalir ke Lae Cinendang, Muara Pea, dan Sungai Kilangan juga sangat memengaruhi meluapnya permukaan air dan ketinggian banjir di Singkil sebagai daerah hulu sungai.

Keempat, faktor pendangkalan terjadi pendangkalan akibat sedimen pasir dan lumpur di sepanjang DAS Singkil, terutama di kawasan Sungai Kilangan hingga ke muara di Pulau Sarok. Sungai yang dangkal tak mampu menampung air hujan lebih banyak sehingga terjadi limpasan ke permukiman penduduk.

Lima, faktor turunnya permukaan tanah, Gempa Nias pada 28 Maret 2005 telah menyebabkan turunnya beberapa sentimeter permukaan tanah di kawasan pesisir dan di permukiman penduduk Aceh Singkil, terutama di Desa Kilangan, Pasar Singkil, Pulau Sarok, dan lebih-lebih di Pulau Balai, ibu kota Kecamatan Pulau Banyak.

Ke enam, faktor banjir rob air hujan dalam jumlah besar juga terkurung di kawasan Gosong Telaga (Singkil Utara). Sedianya massa air yang banyak ini bisa terkirim dengan cepat ke laut. Tetapi saat ini lajunya terhambat karena di laut pun sedang terjadi banjir rob (pasang purnama). Alhasil, massa air yang terkurung di Gosong Telaga tersebut menjadi limpasan ke kawasan Ketapang Indah, Ujung Bawang, Pulau Sarok, dan sekitarnya.

Ketujuh, faktor intrusi air laut. Intrusi air laut juga masuk melalui muara. Air sungai dari kawasan Kilangan dan Bengkolan terhambat menuju laut karena intrusi air laut tersebut yang kuantitasnya meningkat pada saat terjadi pasang rob.

Delapan, faktor kerawanan, dari 40 sungai di Aceh yang sudah dilakukan Kajian Masterplan Pengendalian Banjir oleh Tim Hidroteknik Universitas Syiah Kuala, Sungai Singkil berada pada urutan nomor 1 tingkat kerawanan dan prioritas kemendesakan pengendalian banjirnya.

Skor frekuensinya 10, skor dampaknya 24, sehingga total skornya 34; disusul oleh Krueng Keurueto di Pase-Peusangan (Aceh Utara) dengan total skor 33; dan Sungai Jambo Aye juga di Aceh Utara dengan total skor juga 33.

Sembilan, faktor bermukim di kawasan tempat genangan air. Sebagian penduduk Singkil bermukim di lokasi yang daerahnya memang tempat genangan air. Area seperti ini hanya nyaman ditempati pada musim kemarau. Di musim penghujan seperti sekarang ini bentang alamnya berubah menjadi kantong banjir.

Sepuluh, faktor tak ada desain permukiman yang adaptif dengan banjir. Masyarakat Singkil tidak pernah mendesain permukiman yang adaptif dengan kondisi seringnya terjadi banjir. Seharusnya, mengingat tingginya frekuensi banjir di Aceh Singkil, pemerintah dan masyarakat sudah harus mendesain permukiman yang adaptif sehingga bisa hidup berdampingan secara harmoni dengan banjir. Dengan kata lain, rumah panggung harus diperbanyak, kurangi rumah yang berada langsung di atas tanah supaya tak cepat digenangi banjir.

Lebih lanjut, Chairil menyampaikan, alternatif dan solusi untuk Aceh Singkil dalam sepuluh poin juga, yakni,

1.Harus ada program _by pass_ atau _shortcut_ Lae Cinendang di bagian atas supaya airnya langsung tersalur ke laut, tanpa harus semuanya melewati muara Singkil di kawasan Pulau Sarok.

Shortcut_ ini jangan dilakukan di daerah landai karena dikhawatirkan air sungai juga tidak akan mengalir ke laut. Harus dicari titik yang ideal, yakni yang lebih tinggi dari permukaan laut supaya air dari Lae Souraya dan Lae Cinendang bisa cepat tersalur ke laut ketika di hulu (Aceh Tenggara) atau di Subulussalam terjadi hujan deras.

Shortcut_ ini juga jangan dilakukan di dekat rawa, sebab tindakan itu akan mengeringkan Rawa Singkil yang merupakan rawa terbesar di Aceh.

2.Pembahasan mengenai penanganan banjir Singkil harus dilakukan secara terpadu, melibatkan Pemkab Aceh Tenggara karena hulu Sungai Singkil berada di Alas, Aceh Tenggara; juga melibatkan Pemko Subulussalam, dan Pemkab Aceh Singkil.

3.Hutan yang sudah lama gundul dan berkontribusi secara signifikan pada peristiwa banjir berulang harus dipulihkan dengan program reboisasi.

Reboisasi sebagai solusi jangka panjang lebih mendesak dilakukan di hulu sungai (wilayah Aceh Tenggara) daripada di Singkil.

Reboisasi tetap relevan dilakukan untuk memproteksi DAS pada masa mendatang.

Perlu diingat, air tak mengenal batas administrasi. Jadi, untuk pencegahan dan penanganan banjir yang kerap terjadi di Singkil pimpinan wilayah terkait harus duduk bareng supaya satu persepsi.

4.Dari waktu ke waktu, Singkil memang parah banjirnya. DAS Singkil 54% berada di wilayah Aceh, 46% masuk wilayah Sumut. Jadi, perlu koordinasi kuat dan intens antargubernur dua provinsi (Aceh dan Sumatera Utara).

5.Membahas upaya pencegahan dan penanganan banjir Singkil haruslah melibatkan Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatra 1 karena mereka yang sudah melakukan kajian penyebab banjir dan langkah yang tepat untuk mengatasinya baik untuk jangka pendek, menengah, dan panjang.

Disamping itu, BWS jugalah yang punya banyak anggaran untuk pencegahan dan pengendalian banjir di Aceh.

6.Untuk itu, Pemkab Aceh Singkil harus proaktif melakukan lobi dan pendekatan ke pihak BWS Sumatra 1, paling tidak dengan mengirim surat resmi, supaya BWS cepat merespons dengan program konkret.

7.Di kawasan muara harus dibuat folder dan pompanisasi. Saat pasang rob menahan aliran banjir ke laut, maka pembuangan air banjir ke laut harus dilakukan dengan pompa dari rumah pompa yang dibangun di pinggir muara.

8.Kalaupun dibuat tanggul sungai, jangan ada bagian kelok sungai yang diluruskan. Semakin banyak kelok sungai, semakin banyak debit air yang tersimpan di situ, termasuk pada saat banjir.

Pelurusan sungai yang berkelok-kelok di provinsi lain ternyata tak juga efektif mengatasi banjir.

Jadi, buatlah tanggul mengikuti kontur sungai. Bagian yang lurus maupun yang berkelok dari sungai semuanya harus berada di dalam tanggul.

9.Pastikan bahwa penanganan DAS Singkil harus menerapkan ketentuan tentang garis sempadan sungai. Minimal masing-masing 100 meter di sisi kiri dan kanan sungai, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor 8 Tahun 2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau.

10.Pemkab Aceh Singkil sudah harus merancang dan memberlakukan sistem adaptasi, dalam artian memperbanyak bangun rumah panggung. Jadi, kalaupun terjadi banjir dengan ketinggian tertentu, rumah tersebut tidak digenangi air.

Ketentuan ini (pendirian rumah panggung) berlaku ke depan dalam prinsip pembangunan rumah oleh warga, tapi sebaiknya sudah harus “dibunyikan” sekarang ini di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Aceh Singkil 2025-2045.

Jurnalis Zaelani Bako

Mitra mabes

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Pemkab Batu Bara Buka Pendidikan dan Pelatihan Calon Paskibraka Batu Bara Tahun 2025
Workshop Evaluasi Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Desa di Humbahas
Akses Jalan Menuju SMP Negeri 12 Desa Serba Guna Butuh Aspal” Pemerintah Jangan Tutup Mata”
Polda Lampung Ungkap Kasus Pembunuhan Berencana di Natar, Lampung Selatan
Aminuddin A Raden ( EMyl Seorang ADVOKAT terpaksa Melapor Kepolres Bantaeng Terkait atas Ada nya dugaan Pencemaran nama baik yang Piral di Medsos ( Facebok )
Polres Sergai Bertindak Cepat, Isu Perjudian di Sei Rampah Ternyata Hoaks
Membangun Kesadaran HAM, Dr. Maruli Siahaan dan Kemenkumham Sumut Gencar Gelar Sosialisasi
Sat Samapta Polres Lampung Tengah Intensifkan Patroli KRYD untuk Cegah Aksi Premanisme dan Gangguan Kamtibmas

Berita Terkait

Sabtu, 2 Agustus 2025 - 18:45 WIB

Pemkab Batu Bara Buka Pendidikan dan Pelatihan Calon Paskibraka Batu Bara Tahun 2025

Sabtu, 2 Agustus 2025 - 16:00 WIB

Akses Jalan Menuju SMP Negeri 12 Desa Serba Guna Butuh Aspal” Pemerintah Jangan Tutup Mata”

Sabtu, 2 Agustus 2025 - 15:56 WIB

Polda Lampung Ungkap Kasus Pembunuhan Berencana di Natar, Lampung Selatan

Sabtu, 2 Agustus 2025 - 15:27 WIB

Aminuddin A Raden ( EMyl Seorang ADVOKAT terpaksa Melapor Kepolres Bantaeng Terkait atas Ada nya dugaan Pencemaran nama baik yang Piral di Medsos ( Facebok )

Sabtu, 2 Agustus 2025 - 15:02 WIB

Polres Sergai Bertindak Cepat, Isu Perjudian di Sei Rampah Ternyata Hoaks

Berita Terbaru