Mitra Mabes.Com -Opini: Trimo Riadi Rabu, 31 Desember 2025 Menjelang berakhirnya tahun 2025, sudah sepatutnya setiap insan terlebih mereka yang dipercaya memimpin meluangkan waktu untuk melakukan introspeksi diri. Bukan untuk saling menyalahkan, melainkan untuk menata kembali niat, sikap, dan tanggung jawab dalam menyongsong tahun 2026 dengan harapan yang lebih baik.
Seorang pemimpin sejati adalah mereka yang berani mengakui kesalahan dirinya sendiri dan siap menanggung risiko dari keputusan yang diambilnya. Kepemimpinan bukan tentang mencari aman, apalagi melempar tanggung jawab, melainkan tentang keberanian berdiri paling depan saat keadaan tidak berjalan sesuai harapan.
Pemimpin juga diciptakan untuk melayani dan melindungi orang lain, termasuk saat orang-orang yang dipimpinnya melakukan kekeliruan. Dalam jiwa kepemimpinan yang matang, terdapat kesadaran bahwa tanggung jawab bukan sekadar jabatan, melainkan amanah.
Sebaliknya, sikap enggan mengakui kesalahan, gemar mencari kambing hitam, dan melempar beban kepada orang lain bukanlah ciri kepemimpinan, melainkan tanda belum dewasanya karakter. Sikap seperti ini hanya akan melemahkan kepercayaan dan merusak nilai kebersamaan.
Orang bijak memahami bahwa kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Ia berani bertanggung jawab, tidak menyalahkan keadaan, dan tidak mengorbankan orang lain demi menjaga citra diri. Justru dari keberanian itulah lahir kepercayaan dan keteladanan.
Kepemimpinan sejatinya dapat kita lihat dari contoh paling dekat: seorang ayah dalam rumah tangga. Ayah yang bijak tidak lari dari tanggung jawab, melainkan siap menanggung risiko atas kekhilafan istri dan anak-anaknya. Ia hadir sebagai pelindung, penuntun, sekaligus penenang.
Nilai seorang manusia sejatinya ditentukan oleh isi pikirannya dan kebersihan hatinya.Jika pikiran dipenuhi ego dan hati dipenuhi iri, dengki, serta amarah, maka nilai dirinya akan merosot.
Namun bila pikiran dipenuhi kepedulian dan hati dipenuhi kasih sayang, maka ia akan tumbuh menjadi pribadi yang mulia.
Manusia diciptakan dengan bentuk fisik yang sama, tetapi berbeda dalam kualitas batin. Di sanalah letak kehormatan seseorang.
Manusia mulia adalah mereka yang peduli.Pemimpin mulia adalah mereka yang hadir untuk sesama.Hatinya lembut, sikapnya dermawan, dan tindakannya dilandasi cinta kasih.
Menutup tahun 2025, mari kita belajar menjadi manusia yang terhormat, dan menyambut 2026 dengan tekad untuk menjadi pribadi dan pemimpin yang lebih bertanggung jawab, berani, dan penuh kasih terhadap sesama.
“Karena kepemimpinan sejati selalu dimulai dari hati yang bersih dan niat yang tulus”.
(Trimo Riadi)










