
Pontianak, Kemenag Kalbar—Mitramabes.com
Di saat sebagian orang masih memaknai masjid sebatas ruang hening untuk ritual, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Barat justru menghimbau takmir masjid untuk memberdayakan fungsi masjid layani umat. 
Kepala Kanwil Kemenag Kalbar, Dr. H. Muhajirin Yanis, M.Pd.I, didampingi Kabid URAIS H. MI’rad, S.Ag, M.A.P, serta Kepala Kankemenag Kota Pontianak H. Ruslan, S.Ag, M.A, meninjau langsung lokasi Kick-off Masjid Ramah Pemudik Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 di salah satu masjid strategis kawasan pelabuhan Kota Pontianak, Selasa (23/12/2025).
Pemilihan masjid Attaqwa Maryana di kawasan pelabuhan bukan tanpa alasan. Di sinilah denyut perjalanan bertemu: pemudik datang, singgah, lelah, lalu berharap menemukan tempat rehat yang manusiawi. Masjid, dalam perspektif Astaprotas Kemenag, tidak boleh sekadar berdiri megah, tetapi harus berdaya dan berdampak. Dampak itu terasa ketika pemudik dipersilakan beristirahat, membersihkan diri, bahkan menunaikan ibadah dengan nyaman di ruang-ruang yang telah disiapkan pengurus masjid.
Muhajirin menegaskan bahwa program ini adalah bentuk nyata kehadiran negara melalui agama yang ramah, adaptif, dan solutif. “Tempat ibadah di jalur pemudik harus siap melayani. Bukan hanya masjid, tetapi juga kantor-kantor Kemenag seperti KUA di pinggir jalan raya,” ujarnya. Sebuah sindiran halus sekaligus ajakan keras: pelayanan umat tidak boleh menunggu diminta.
Program Masjid Ramah Pemudik ini bertujuan menyukseskan mudik dan Tahun Baru yang aman, nyaman, dan berkeadaban. Sebuah langkah kecil, namun berdampak besar, untuk memastikan perjalanan panjang tidak kehilangan nilai kemanusiaan.
Kabid URAIS H. MI’rad menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Kick-off Program Masjid Ramah Pemudik yang digagas Direktorat Bimas Islam Kemenag RI. Artinya, ini bukan aksi simbolik, melainkan bagian dari orkestrasi nasional pelayanan umat.
Sementara itu, Ketua Masjid Maryana, Rudi Hartono, bersama jamaah menyatakan kesiapan penuh mendukung program ini. Ia menyampaikan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan, seraya menegaskan bahwa masjid yang mereka kelola siap menjadi ruang layanan umat yang inklusif dan berdampak.
Pada akhirnya, program ini seolah menyindir kita semua: jika masjid saja bisa ramah, adaptif, dan inovatif, mengapa kita masih ragu untuk ikut menebar kebaikan? Astaprotas Kemenag bukan sekadar jargon, tetapi panggilan kolektif untuk bergerak bersama, sebagai keluarga besar bangsa. (HDI/Ir).
(Syarif Mohsin)











