ACEH UTARA- Mitra mabes.com
Proses penyaluran bantuan pangan bersubsidi di Kecamatan Tanah Jambo Aye kembali menuai kritik tajam. Berbagai temuan di lapangan menunjukkan sistem distribusi yang tidak tertata, menyebabkan warga harus mengantre berjam-jam, berdesakan di lokasi sempit, hingga sebagian tak terlayani hingga malam. Hasil investigasi media mengungkap adanya persoalan teknis, kurangnya titik distribusi, serta ketidaksesuaian data penerima yang memperburuk keadaan.
Antrean Panjang Sejak Pagi dan Keterlambatan Registrasi Pada tahap distribusi terbaru ini, ribuan warga dari berbagai gampong memadati lokasi pembagian sejak pagi. Minimnya titik penyaluran menyebabkan tumpukan warga tidak terhindarkan. Area pembagian yang sempit membuat antrean tak teratur, sementara proses registrasi penerima berlangsung sangat lambat.
Warga harus mengantre dua kali ; Pendataan dan penyetempelan undangan, pengambilan paket beras dan minyak goreng.
Banyak warga tidak mendapatkan nomor antrean hingga siang hari. Ketika panitia menghentikan pembagian pada pukul 18.00 WIB, ratusan warga masih belum terlayani. Setelah salat Magrib, antrean kembali dibuka dan makin semrawut.
Kesaksian Warga: “Kami Datang Sesuai Jadwal, Tapi Dipersulit”Seorang warga yang enggan disebutkan namanya mengaku kecewa setelah mengantre sejak pukul 08.00 WIB tanpa kejelasan hingga sore“Kalau bisa cepat kenapa harus dipersulit? Registrasi lambat, antrean tidak tertib. Program ini bagus, tapi jangan membuat kami seperti pengemis,” keluhnya.Ia juga menyoroti adanya ketidaksesuaian data antara undangan yang diterima warga dengan daftar penerima yang tersedia di lokasi. Hal ini membuat verifikasi memakan waktu panjang dan memicu ketidakpastian.
Pantauan tim media di dua lokasi utama Gampong Meunasah Panton dan Kantor Camat Tanah Jambo Aye memperlihatkan sejumlah fakta penting:
1. Pembagian Dipisah antara Laki-laki dan Perempuan di Meunasah Panton Dua truk besar terparkir berdampingan. Truk A melayani antrean laki-laki.
Truk B melayani antrean ibu-ibu.
Hal ini dilakukan panitia untuk pengaturan arus warga, namun kondisi di lapangan tetap tidak tertib karena jumlah warga membludak.
2. Pendistribusian di Kantor Camat Dihentikan saat Magrib
Tim media mencatat bahwa pembagian di Kantor Camat terhenti total saat Magrib dan tidak dilanjutkan. Sementara itu, panitia di Meunasah Panton tetap membuka kembali pembagian setelah Magrib.
Perbedaan teknis antar titik distribusi ini diduga menjadi salah satu penyebab ketidakefektifan sistem.
Ketua panitia pendistribusian di Meunasah Panton, Fahri, mengakui bahwa tim bekerja sejak pukul 09.00 WIB dan kewalahan melayani ribuan penerima.
“Biasanya kami hanya bagi beras saja. Kali ini ada tambahan minyak goreng, jadi prosesnya lebih lama. Waktunya terkesan molor, tapi tanggal pembagian sudah sesuai jadwal 18 November,” jelasnya.
Fahri menegaskan pihaknya telah memisahkan jalur antrean laki-laki dan perempuan untuk mempercepat proses, namun jumlah warga yang terlalu banyak tetap membuat antrean membengkak.
Bulog Aceh Utara Berjanji Lakukan Evaluasi Sistem
Kepala Cabang Bulog Aceh Utara, Iqbal, membenarkan bahwa hari ini merupakan hari pertama penerapan pembagian paket beras dan minyak goreng sekaligus, sehingga ritme pembagian lebih lambat daripada biasanya.
“Target kami jam lima sore sudah selesai, tapi karena ada paket tambahan, prosesnya memakan waktu lebih lama. Ini akan kami evaluasi untuk tahap berikutnya,” ujar Iqbal Via Panggilan WhatsApp.
Ia juga menyebutkan bahwa dua truk diturunkan untuk mempercepat pekerjaan, namun hasil di lapangan masih perlu penyesuaian.
Masyarakat menilai bantuan pangan bersubsidi seharusnya menjadi penopang ekonomi keluarga kecil, bukan menambah beban baru akibat sistem administrasi yang kacau. Mereka menuntut: Penambahan titik pembagian, Standar pelayanan yang lebih jelas, Pemeriksaan ulang kesesuaian data penerima, Dan prosedur antrean yang aman bagi lansia, ibu-ibu, dan anak-anak.
Investigasi sementara mengindikasikan bahwa masalah utama berada pada: kurangnya titik distribusi, pembagian paket ganda dalam satu waktu, ketidaksiapan teknis panitia, ketidaksesuaian data administrasi, tidak adanya standar pelayanan di seluruh titik pembagian.
Perbaikan sistem diharapkan segera dilakukan sebelum tahap distribusi berikutnya, agar kekacauan serupa tidak kembali terjadi. (pak nek)










