Mitra Mabes Dewan Pendidikan Kabupaten Garut tengah mempersiapkan peluncuran proyek percontohan Kampung Belajar dalam waktu dekat. Program ini digagas sebagai upaya nyata untuk mendorong peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di bidang pendidikan.
Sekretaris Dewan Pendidikan Kabupaten Garut, Dedi Kurniawan, SE., M.Si., menjelaskan bahwa Kampung Belajar merupakan gagasan murni dari Dewan Pendidikan Garut yang menjadi langkah konkret dalam memperbaiki kualitas pendidikan masyarakat, khususnya di wilayah pedesaan.
“Kampung Belajar adalah titik awal dari peningkatan IPM pendidikan di Garut. Ini adalah wujud nyata kami dalam mengakselerasi capaian pendidikan masyarakat,” ujar Dedi, kepada garutexpo.com, Rabu (24/4/2025).
Dedi memaparkan, indikator penilaian IPM di bidang pendidikan mengacu pada dua aspek, yakni Harapan Lama Sekolah (HLS) bagi usia sekolah 7–18 tahun, serta Rata-rata Lama Sekolah (RLS) untuk warga usia 25 tahun ke atas. Program Kampung Belajar akan menyisir kedua indikator tersebut secara simultan.
“Pertama, kami akan memastikan seluruh anak-anak di Kampung Belajar dapat bersekolah dan melanjutkan hingga jenjang minimal SLTA, dengan memberikan dukungan terhadap persoalan belajar mereka. Kedua, kami akan mendorong dan memotivasi warga usia 18 tahun ke atas, baik laki-laki maupun perempuan, untuk mengikuti pendidikan nonformal,” jelasnya.
Untuk menunjang pelaksanaannya, Dewan Pendidikan akan bekerja sama dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) terdekat dalam hal administrasi kependidikan. Sementara untuk kegiatan belajar mengajar, akan melibatkan komunitas sosial yang sudah akrab dengan kehidupan warga seperti majelis taklim, posyandu, PKK, dan forum-forum warga lainnya.
“Kami tidak ingin mereka hanya tercatat sebagai warga belajar PKBM tapi tidak pernah belajar. Oleh karena itu, kami sesuaikan dengan kebiasaan mereka. Jika mereka rutin hadir di majelis taklim, maka pembelajaran kami lakukan di sana. Demikian juga di posyandu dan kegiatan komunitas lainnya,” terang Dedi.
Materi pembelajaran, lanjutnya, tidak semata-mata terbatas pada membaca, menulis, dan berhitung (calistung), melainkan disesuaikan dengan kurikulum pendidikan kesetaraan dan kebutuhan masing-masing komunitas. Peserta belajar juga akan dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan dan komunitas kesehariannya.
“Kami tidak ingin mengubah kebiasaan mereka, tapi kami akan menyisipkan materi pembelajaran dalam kegiatan rutin mereka sehari-hari,” tambahnya.
Dedi menyatakan harapannya agar dalam enam tahun ke depan, kampung percontohan ini dapat menjadi kampung cerdas di mana seluruh warganya minimal berpendidikan SLTA.
“Jika program ini berhasil, maka akan ditingkatkan menjadi Desa Belajar, Kecamatan Belajar, hingga Kabupaten Belajar. Ketika mayoritas warga Garut sudah berpendidikan SLTA, maka IPM Kabupaten Garut di bidang pendidikan akan meningkat secara signifikan,” pungkasnya. Abdurrohman ( D.Ramdani )
