example banner

Cegah Perkawinan Anak, Posyandu Remaja Disosialisasikan ke Warga 

INDRAMAYU, Mitramabes.com – Upaya pencegahan perkawinan anak di Indramayu terus digencarkan. Salah satunya melalui Sosialisasi Layanan Posyandu Remaja yang digelar Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) dan Fatayat NU Indramayu. Kegiatan ini berlangsung di Aula Kecamatan Sindang, Jumat (28/2/2025), sebagai bagian dari Program Inklusi Kabupaten Indramayu.

Hadir dalam acara tersebut Camat Sindang, Kepala Puskesmas Sindang, perwakilan pemerintah desa, kader Posyandu, anggota Posyandu Remaja, serta berbagai elemen masyarakat yang memiliki anak di bawah usia 19 tahun.

Koordinator Submitra Program Inklusi Indramayu, Supriyatin, menegaskan bahwa sosialisasi ini bertujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait layanan yang dapat diakses melalui Posyandu Remaja. “Harapannya, program ini dapat membantu orang tua dan remaja agar terhindar dari perkawinan anak,” ujarnya.

Sementara itu, Camat Sindang, Dadang Supriatna, menekankan bahwa perkawinan anak merupakan masalah bersama yang memerlukan keterlibatan banyak pihak. “Kami sangat mendukung Program Inklusi ini. Semoga Posyandu Remaja yang terintegrasi dengan layanan lainnya dapat menekan angka perkawinan anak, khususnya di Kecamatan Sindang,” katanya.

Senada dengan itu, Kepala Puskesmas Sindang, dr. Hj. Sri Sucieti, menambahkan bahwa layanan Posyandu kini diperkuat dengan Integrasi Layanan Primer (ILP). Langkah ini diharapkan semakin efektif dalam memberikan edukasi dan layanan kesehatan bagi remaja.

“Setiap tahun, kami menerima laporan tentang perkawinan anak, sebagian besar akibat kehamilan di usia dini, bahkan ada yang masih berusia sekolah dasar,” ungkapnya.

Karena itu, pihak Puskesmas fokus memberikan edukasi kesehatan reproduksi kepada remaja usia 10–19 tahun, sesuai rekomendasi WHO. “Pemahaman ini sangat penting agar remaja dapat menjaga kesehatan reproduksi mereka hingga dewasa,” tuturnya.

Salah satu langkah yang ditempuh adalah menggandeng sekolah-sekolah dalam sosialisasi tentang pubertas dan kesehatan reproduksi. “Harapannya, semakin banyak remaja yang memahami risiko perkawinan anak dan dapat membuat keputusan yang lebih baik untuk masa depan mereka,” pungkas Sri.

(Abid/Tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *