Harga BBM di Tebo Melonjak, Pertalite Tembus Rp17 Ribu, Pemerhati Sosial Minta Pemerintah Segera Bertindak
TEBO // MBS – Kondisi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kabupaten Tebo kian memprihatinkan dan mendapat sorotan tajam dari berbagai lapisan masyarakat. Lonjakan harga di tingkat pengecer dinilai memberatkan ekonomi warga, terutama golongan menengah ke bawah yang bergantung pada BBM untuk kebutuhan mobilitas harian.
Shahril RA Permata, Pemerhati Lingkungan dan Sosial Masyarakat Kabupaten Tebo, angkat bicara terkait persoalan tersebut. Ia menyoroti praktik penjualan BBM oleh pengecer yang dinilai jauh melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah.
Menurut hasil pantauan di lapangan, harga Pertalite dijual Rp15.000–Rp17.000 per liter, sementara Pertamax bahkan mencapai Rp20.000 per liter. Kenaikan ini disebut sangat memberatkan masyarakat.
“Harga ini sudah tidak masuk akal. Pertalite yang seharusnya menjadi BBM subsidi bagi rakyat kecil justru dijual dengan harga tinggi di tingkat eceran, bahkan Pertamax menembus Rp20.000. Ini pukulan berat bagi ekonomi rumah tangga di Tebo,” tegas Shahril.
Ia turut mengungkapkan kekhawatirannya bahwa kondisi ini dapat berdampak pada kenaikan BBM secara lebih luas, mengingat sudah mendekati pergantian tahun.
“Ini sudah keterlaluan sekali. Saya khawatir kondisi ini memicu kenaikan BBM, mengingat sebentar lagi memasuki bulan Januari 2026. Pemerintah dalam hal ini Disperindag beserta APH dan lintas sektoral lainnya harus segera turun menertibkan dan menormalisasi harga eceran tersebut,” lanjutnya, Faktor Penyebab dan Tuntutan Aksi Pemerintah
Tingginya harga BBM di tingkat pengecer diduga disebabkan oleh keterbatasan stok SPBU resmi, sehingga masyarakat terpaksa membeli dari kios eceran dengan harga tinggi.
Sebagai bentuk kepedulian sosial, Shahril mendesak pihak terkait untuk segera mengambil langkah konkret guna melindungi masyarakat. Ia menekankan beberapa poin penting, di antaranya: Pengawasan Distribusi: Memastikan penyaluran BBM berjalan lancar dan menghindari potensi penimbunan.
Stabilisasi Harga: Pemerintah daerah diminta mencari formula agar harga tidak melonjak di luar kewajaran.
Aksesibilitas Stok: Menjamin ketersediaan BBM di SPBU sehingga masyarakat tidak bergantung pada pengecer. Hingga berita ini diterbitkan, masyarakat masih menunggu respons cepat dari pemerintah kabupaten serta Pertamina terkait normalisasi harga dan distribusi BBM di wilayah Kabupaten Tebo. Harapan besar disampaikan agar situasi segera membaik demi menjaga daya beli dan kesejahteraan masyarakat.
(Tim)










